时间:2025-06-13 05:44:18 来源:网络整理 编辑:综合
Warta Ekonomi, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS quickq年费
Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (11/6/2025), di tengah pelemahan indeks dolar dan sorotan pasar terhadap dinamika kebijakan tarif perdagangan AS serta perbedaan metodologi pengukuran kemiskinan antara Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan data pasar, rupiah menguat 16 poin ke level Rp16.258 per dolar AS, setelah sempat terapresiasi hingga 25 poin pada sesi sebelumnya. Meski demikian, analis memperkirakan pergerakan rupiah pada Kamis (12/6/2025) akan tetap fluktuatif dalam rentang Rp16.250 hingga Rp16.300 per dolar AS.
Pelemahan dolar AS dipicu oleh keputusan pengadilan banding di AS yang membatalkan putusan sebelumnya terkait blokade tarif, sehingga tarif era pemerintahan Donald Trump kembali diberlakukan. Putusan ini memperkuat sinyal berlanjutnya kebijakan proteksionisme dagang AS, meskipun Washington dan Beijing telah menyatakan mencapai kerangka kerja untuk meredakan ketegangan perdagangan.
Baca Juga: Dolar AS Loyo, Rupiah Tipis Naik! Trump Digoyang Tarif, Pasar Cemas Data Ketenagakerjaan
Namun, pelaku pasar masih menanti rincian lebih lanjut dari kerangka kerja tersebut, yang disebut-sebut mencakup isu ekspor tanah jarang dan pembatasan ekspor chip yang sebelumnya menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.
Sementara itu, pelaku pasar juga mencermati data inflasi konsumen (CPI) AS yang akan dirilis hari ini. Inflasi Mei diperkirakan tetap tinggi akibat tekanan harga dari tarif impor dan gangguan rantai pasok global. Kondisi ini berpotensi memperkuat sikap The Federal Reserve untuk menahan suku bunga tetap tinggi dalam waktu lebih lama.
Dari sisi domestik, isu kemiskinan menjadi sorotan setelah rilis data perbandingan antara standar Bank Dunia dan BPS. Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menafsirkan angka kemiskinan berdasarkan standar global.
“Bank Dunia menggunakan pendekatan purchasing power parity (PPP), sedangkan BPS mengukur kemiskinan berdasarkan kebutuhan dasar yang lebih mencerminkan pola konsumsi masyarakat Indonesia,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (11/6/2025).
Baca Juga: Rupiah Terkoreksi, Pasar Ragukan Efektivitas Stimulus Ekonomi
Ia menekankan bahwa standar global tidak bisa langsung diterapkan tanpa mempertimbangkan konteks lokal. Berdasarkan data BPS per September 2024, tingkat kemiskinan nasional sebesar 8,57 persen atau sekitar 24 juta jiwa. Namun, dengan standar kemiskinan menengah atas Bank Dunia sebesar US$6,85 PPP per hari (PPP 2017), sekitar 60,3 persen penduduk Indonesia masuk kategori miskin—bahkan bisa lebih tinggi jika menggunakan PPP 2021 yang merevisi batas menjadi US$8,30.
“Perbedaan ini bisa menimbulkan persepsi keliru jika tidak dikomunikasikan secara tepat,” ujarnya.
Ia menilai bahwa meskipun rupiah menunjukkan sentimen positif jangka pendek, tekanan dari eksternal masih tinggi, terutama dari arah kebijakan The Fed dan perkembangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
Mau Masuk IPB? Ribuan Maba Siap2025-06-13 05:35
INFOGRAFIS: Jangan Sembarangan Menyeduh Teh, Ini Aturannya2025-06-13 05:34
Putri Tanjung: Saatnya Perempuan Indonesia Bersinar di Panggung Global2025-06-13 05:28
Pembentukan Satgas Judi Online Diungkap Jokowi2025-06-13 05:24
Penerimaan SIPSS Polri 2025: Syarat, Cara Daftar, dan Jadwal Lengkap2025-06-13 05:20
Harus Berapa Kali Ganti Pembalut dalam Sehari? Ini Kata Dokter2025-06-13 05:18
3 Negara ASEAN Berlomba Perluas Bandara Demi Pariwisata, RI Tak Ikut2025-06-13 04:01
5 Minuman Ini Ampuh Bakar Lemak Perut Kamu Jika Diminum di Pagi Hari2025-06-13 03:38
Biaya Produksi Emas di Indonesia Lebih Murah dari Rata2025-06-13 03:20
Dokter Jelaskan Beda Sakit Kepala Biasa dan Akibat Stroke2025-06-13 03:12
BI Sebut Indeks Keyakinan Konsumen Tetap Kuat di Mei 20252025-06-13 05:44
7 Model Rambut Tipis untuk Anak Laki2025-06-13 05:20
Siapa Pun Bisa Kena, Ini Penyebab Stroke di Usia Muda2025-06-13 05:16
Ini yang Terjadi pada Tubuh Kalau Kamu Minum Matcha Setiap Hari2025-06-13 04:39
Listrik PLN Berhasil Jangkau 99,82% Desa di Indonesia, 89 Masih Belum 2025-06-13 04:26
Temui Watimpres, BP2MI Minta Kebijakan Khusus untuk Keluarkan Barang PMI Tertahan di Bea Cukai2025-06-13 04:16
Bukan 15 Desember, Ini Sejarah Peringatan Hari Teh Internasional2025-06-13 04:13
Ahmad Sahroni Ungkap Besaran Sumbangan Pilpres ke Partai di Sidang SYL2025-06-13 03:49
Resmi Diangkat Sebagai Mendag, Budi Santoso Ungkap Program Kerja untuk Lima Tahun Ke2025-06-13 03:47
Alexander Marwata Tegaskan KPK Kini Fokus Ungkap Kasus Kerugian Negara daripada OTT2025-06-13 03:17